Via Purgativa
1
خَلَصَ = murni, bersih
dari campuran, pure
Dalam aqidah, keimanan yang bersih
dan murni, terbebas dari campuran doktrin-doktrin sesat yang tidak masuk akal
sekaligus bertentangan dengan ajaran Islam. Keimanan yang berbasis prinsip
tawhid, hanya Allah saja yang diyakini sebagai Tuhan dan Penguasa alam semesta,
tidak ada pihak lain yang sejajar dengan Dia. Hanya Dia yang Maha Ada (the
Supreme Being, the real and only existent) sekaligus Maha Mengadakan, Maha
Hidup sekaligus Maha Menghidupkan (omnipotent), Maha Cerdas sekaligus
Maha Mencerdaskan, Maha Berkehendak (glorious) sekaligus Maha
Menghendakkan, Maha Kuasa (tremendous) sekaligus Maha Menguasakan. Dia adalah
Pribadi (individu, personal) yang Maha Dekat (omnipresent, hadir
di segala tempat, waktu, dan peristiwa), Maha Mengetahui dan Maha Berbicara (berdialog
dan merespon panggilan serta permohonan). Tapi Dia serba Tak Terjangkau oleh fikiran,
penglihatan dan jamahan manusia (mysterious), meskipun selalu membuat
orang kagum dan penasaran (fascinant).
2 أَخْلَصَ = memurnikan
Bagaimana cara memurnikan iman yang tawhidi? Ucapkan dan
camkan makna Lā ilāha illā Allāh. Dengan Lā ilāha kita menafikan,
meniadakan, menyangkal, atau menegasikan keberadaan ilāh lain selain Allah.
Dengan itu kita memurnikan keyakinan tawhid kita, peng-esa-an yang murni, karena
bagi kita Allah adalah tunggal, bukan sekadar satu yang berbilang (sehingga ada
duanya, tiganya…) atau satu yang bersusun (sehingga ada setengahnya,
seperempatnya…). Dia esa, tunggal yang tiada yang menyamai, meyerupai, atau
menyetarai.
3 إِخْلَاصٌ = pemurnian
Ikhlāsh adalah verbal noun dari akhlasha¸ nama
atas perbuatan orang-orang yang sedang memurnikan imannya. Maka kalimat Lā ilāha
illā Allāh disebut juga kalimatul ikhlāsh (kalimat pemurnian).
Kalimat ini adalah mantera paling sakti, yang dengan itu orang masuk dalam
penyerahan diri yang total kepada Allah, dan kalau sudah berserah diri kepada
Dia yang Maha Kuasa maka tiada apapun dapat mengalahkan orang itu, tidak juga
kehendak atau hawa nafsunya.
4 مُخْلِصٌ = orang yg memurnikan
Mukhlish adalah kata sebagai pelaku (the doer) dari akhlasha. Mukhlish
adalah orang yang sedang melakukan proses pemurnian. Orang yang banyak
berdzikir Lā ilāha illā Allāh adalah orang yang mukhlish, orang
yang sedang sibuk memurnikan imannya, membersihkan imannya dari cemaran-cemaran
yang lain.
5 مُخْلَضٌ = orang yg termurnikan
Setelah aktif dan intensif melakukan pemurnian, pada titik
tertentu orang yang mukhlish (me-murni-kan) akan menjadi mukhlash (ter-murni-kan).
Pada titik itulah ia tak lagi dapat diganggu oleh iblis sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur’an ketika setan yang sudah dilaknat dan diusir berkata: إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (kecuali hamba-hambaMu, di antara mereka, yang mukhlas, QS
Shad/38:83).
Iblis tak dapat dikalahkan oleh manusia dengan kekuatan fisik dan
intelektualnya. Karena itu tak ada perintah dalam al-Qur’an bagi manusia untuk
menaklukkan iblis. Yang Allah perintahkan adalah, di saat iblis yang menjadi
setan itu sedang melancarkan serangan, supaya manusia “berlindung” kepada
Allah. Bahkan dalam sebuah hadits qudsi Allah mengatakan "Lā ilāha
illā Allāh bentengKu, dan orang yang mengucapkannya bagaikan masuk ke
dalam bentengKu".
Ingatkah sahabat, ketika data yang kita kirim dari
komputer ke printer ternyata gagal dicetak dan printernya pun macet? Data itu
tak cukup kita hapus (delete). Data harus dikikis bersih dulu supaya
printer dapat berfungsi kembali. Mengikis bersih (memurnikan) dalam bahasa Inggris adalah to
purge, dan proses pembersihan, atau pemurnian, dalam bahasa Latin disebut purgativa.
Via Purgativa
Ia adalah metode, atau
cara, memurnikan aqidah, membersihkan diri, yang dalam bahasa Arab disebut tashawwuf
atau tharīqah. Di dunia tasawuf dikenal tiga tingkatan keruhanian
seseorang:
- Takhalliy (via purgativa) yaitu pembersihan diri.
- Tahalliy (via illuminativa) yaitu ruh yang tercahayai oleh cahaya Ilahi.
- Tajalliy (via unitiva) yaitu saat diri kita sudah terdekatkan (taqarrub) bahkan mengalami ketersambungan (ittishāl) dengan Allah SWT, yang saat itu Allah katakan dalam hadits qudsi “Akulah yang menjadi pendengarannya… Akulah yang akan menjadi penglihatannya… Akulah yang akan menjadi kedua tangannya… Akulah yang akan menjadi kedua kakinya…”
No comments:
Post a Comment