Tuesday, December 16, 2014

Via Purgativa


Via Purgativa


1         خَلَصَ = murni, bersih dari campuran, pure

Dalam aqidah, keimanan yang bersih dan murni, terbebas dari campuran doktrin-doktrin sesat yang tidak masuk akal sekaligus bertentangan dengan ajaran Islam. Keimanan yang berbasis prinsip tawhid, hanya Allah saja yang diyakini sebagai Tuhan dan Penguasa alam semesta, tidak ada pihak lain yang sejajar dengan Dia. Hanya Dia yang Maha Ada (the Supreme Being, the real and only existent) sekaligus Maha Mengadakan, Maha Hidup sekaligus Maha Menghidupkan (omnipotent), Maha Cerdas sekaligus Maha Mencerdaskan, Maha Berkehendak (glorious) sekaligus Maha Menghendakkan, Maha Kuasa (tremendous) sekaligus Maha Menguasakan. Dia adalah Pribadi (individu, personal) yang Maha Dekat (omnipresent, hadir di segala tempat, waktu, dan peristiwa), Maha Mengetahui dan Maha Berbicara (berdialog dan merespon panggilan serta permohonan). Tapi Dia serba Tak Terjangkau oleh fikiran, penglihatan dan jamahan manusia (mysterious), meskipun selalu membuat orang kagum dan penasaran (fascinant).


2         أَخْلَصَ = memurnikan

Bagaimana cara memurnikan iman yang tawhidi? Ucapkan dan camkan makna Lā ilāha illā Allāh. Dengan Lā ilāha kita menafikan, meniadakan, menyangkal, atau menegasikan keberadaan ilāh lain selain Allah. Dengan itu kita memurnikan keyakinan tawhid kita, peng-esa-an yang murni, karena bagi kita Allah adalah tunggal, bukan sekadar satu yang berbilang (sehingga ada duanya, tiganya…) atau satu yang bersusun (sehingga ada setengahnya, seperempatnya…). Dia esa, tunggal yang tiada yang menyamai, meyerupai, atau menyetarai.


3         إِخْلَاصٌ = pemurnian

Ikhlāsh adalah verbal noun dari akhlasha¸ nama atas perbuatan orang-orang yang sedang memurnikan imannya. Maka kalimat Lā ilāha illā Allāh disebut juga kalimatul ikhlāsh (kalimat pemurnian). Kalimat ini adalah mantera paling sakti, yang dengan itu orang masuk dalam penyerahan diri yang total kepada Allah, dan kalau sudah berserah diri kepada Dia yang Maha Kuasa maka tiada apapun dapat mengalahkan orang itu, tidak juga kehendak atau hawa nafsunya.


4         مُخْلِصٌ = orang yg memurnikan

Mukhlish adalah kata sebagai pelaku  (the doer) dari akhlasha. Mukhlish adalah orang yang sedang melakukan proses pemurnian. Orang yang banyak berdzikir Lā ilāha illā Allāh adalah orang yang mukhlish, orang yang sedang sibuk memurnikan imannya, membersihkan imannya dari cemaran-cemaran yang lain.


5         مُخْلَضٌ = orang yg termurnikan

Setelah aktif dan intensif melakukan pemurnian, pada titik tertentu orang yang mukhlish (me-murni-kan) akan menjadi mukhlash (ter-murni-kan). Pada titik itulah ia tak lagi dapat diganggu oleh iblis sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an ketika setan yang sudah dilaknat dan diusir berkata: إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ    (kecuali hamba-hambaMu, di antara mereka, yang mukhlas, QS Shad/38:83). 

Iblis tak dapat dikalahkan oleh manusia dengan kekuatan fisik dan intelektualnya. Karena itu tak ada perintah dalam al-Qur’an bagi manusia untuk menaklukkan iblis. Yang Allah perintahkan adalah, di saat iblis yang menjadi setan itu sedang melancarkan serangan, supaya manusia “berlindung” kepada Allah. Bahkan dalam sebuah hadits qudsi Allah mengatakan "Lā ilāha illā Allāh bentengKu, dan orang yang mengucapkannya bagaikan masuk ke dalam bentengKu".

Ingatkah sahabat, ketika data yang kita kirim dari komputer ke printer ternyata gagal dicetak dan printernya pun macet? Data itu tak cukup kita hapus (delete). Data harus dikikis bersih dulu supaya printer dapat berfungsi kembali. Mengikis bersih (memurnikan) dalam bahasa Inggris adalah to purge, dan proses pembersihan, atau pemurnian, dalam bahasa Latin disebut purgativa. 


Via Purgativa 

Ia adalah metode, atau cara, memurnikan aqidah, membersihkan diri, yang dalam bahasa Arab disebut tashawwuf  atau tharīqah. Di dunia tasawuf dikenal tiga tingkatan keruhanian seseorang:
  1. Takhalliy (via purgativa) yaitu pembersihan diri.
  2. Tahalliy (via illuminativa) yaitu ruh yang tercahayai oleh cahaya Ilahi.
  3. Tajalliy (via unitiva) yaitu saat diri kita sudah terdekatkan (taqarrub) bahkan mengalami ketersambungan (ittishāl) dengan Allah SWT, yang saat itu Allah katakan dalam hadits qudsi “Akulah yang menjadi pendengarannya… Akulah yang akan menjadi penglihatannya… Akulah yang akan menjadi kedua tangannya… Akulah yang akan menjadi kedua kakinya…”
Mari kita mulai dengan Via Purgativa, pembersihan diri dengan banyak berdzikir Lā ilāha illā Allāh, untuk memurnikan iman tawhid kita.



No comments: