Tuesday, December 19, 2023

 

Acuan amaliyah MANAQIB TQN Suryalaya.




Saturday, December 20, 2014

Nabi Muhammad SAW di Wahyu Sebelumnya



NAMA “AHMAD” PADA
"DEAD SEA SCROLLS"


Setiap kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, beliau hanya menghafalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain secara lisan, lalu para sahabat ikut menghafalkannya pula. Maklumlah, saat itu kehidupan masih sangat sederhana, masih sedikit orang yang mampu membaca dan menulis. Memang ada juga sahahabat Nabi SAW yang mulai menuliskannya, tapi masih dengan cara yang sangat sederhana, hanya berupa torehan benda tajam pada kulit-kulit binatang yang kemudian diawetkan dengan mengeringkan kulit itu.
Kalau itu terjadi di masa kenabian Muhammad SAW (rentang tahun 610-632 M), apa lagi yang terjadi di zaman Nabi Isa AS, pada masa 600 tahun sebelumnya? Lebih sedikit lagi orang yang mampu membaca dan menulis, lebih sedarhana pula alat dan cara yang digunakan untuk mecatat wahyu-wahyu. Terlebih lagi Nabi Isa AS tidak lama menjalani tugas kenabiannya (hanya sekitar 3,5 tahun), sebelum beliau diburu oleh kaum Yahudi untuk dibunuh, sehingga harus melarikan diri dan bersembunyi, hingga Allah SWT pun mewafatkannya.
Nabi Isa AS hanya menyampaikan wahyu dan ajaran dari Allah SWT dalam bentuk lisan secara sembunyi-sembunyi. Kelak di kemudian hari, sebagian pengikutnya menuliskan ajaran Nabi Isa AS di kulit-kulit binatang, atau kertas yang dibuat dari daun papyrus yang dibuat memanjang dan digulung menjadi scrolls. Lalu mereka menyembunyikan scrolls itu di gua-gua, dan tidak jarang baru diketahui keberadaannya oleh orang banyak setelah berlalu masa yang amat panjang. Bahkan ada yang baru ditemukan orang beberapa tahun lalu. Ratusan tahun setelah ditulisnya.


CODEX (jamaknya CODICES).

Adalah dokumen Bibel Yunani (Greek Bible) yang ditulis tangan di atas kulit binatang (parchment) pada rentang waktu sekitar abad ke-4 (lebih dari 300 tahun setelah wafatnya Nabi Isa AS !!!). 
Meskipun mereka kelak ditemukan pada waktu dan tempat yang berbeda-beda, mereka memiliki banyak kemiripan, ditulis dengan huruf-huruf besar (kapital), tanpa jarak tertentu antar kata, dan kata-kata tidak selalu berakhir di baris yang sama. Terdapat 4 Codex yang sangat terkenal:
  1. Codex Sinaiticus.
  2. Codex Vaticanus.
  3. Codex Alexandrinus
  4. Codex Ephraemi Rescriptus
 Codex Sinaiticus (Matthew 6:4-32)
Alexandrinus, Daftar Isi Bibel Markus

DEAD SEA "QUMRAN" SCROLLS
Dead Sea Scrolls ditulis orang jauh sebelum zaman ditulisnya CODICES, yaitu sekitar abad ke-3 SM hingga abad ke-1 M. Kemudian ditemukan orang dalam penelitian-penelitian arkeologis antara tahun 1946-1956, di gua-gua Qumran yang ada di sekitar Laut Mati (Dead Sea),di Tepi Barat (West Bank) Sungai Jordan. Total koleksi yang berhasil diselamatkan berjumlah 981 halaman.
Sebagian besar teks ditulis dalam bahasa Ibrani (Hebrew), sebagian lagi dalam bahasa Aramia (Aramaic) termasuk dialek Nabatean, dan sebagian kecil dalam bahasa Yunani (Greek). 
Sebagian besar ditulis di kulit binatang (parchment), sebagian lagi di kertas papyrusdan satu teks ditulis di lembaran tembaga (copper). Isinya, sebagian besar tentang Bibel Yahudi (Perjanjian Lama).


QUMRAN SCROLLS DAN NABI MUHAMMAD SAW


وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ


“Dan ketika ‘Îsâ Ibnu Maryam berkata, ‘Hai Banî Isrâîl, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya AHMAD.’
Tetapi, tatkala Rasul itu datang kepada mereka, dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka malah berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.’” (QS As-Shaff: 6)

Di dokumen Qurman Scrolls dijumpai fakta:






Terhanyut di Arus Hidayah



Terhanyut di Arus Hidayah

Tersesat ke Tempat yang Tepat



Bersabarlah dalam istiqamah. Biarkan dirimu terhanyut di ARUS HIDAYAH... Kalaulah kamu merasa tersesat, pastilah itu ke tempat yang tepat... Karena Dia sebaik-baik Pemberi Petunjuk...

Saat kita sedang total bergantung kepada Allah, kadang kita terbawa ke arah / melakukan sesuatu yang menurut akal kita agak "aneh", bahkan di luar peminatan dan kebiasaan kita. Saat itu kita merasa "sesat", padahal itulah yang paling "tepat" menurut Allah. Kita sering baru menyadarinya belakangan, maka muncul ungkapan2: "Pantesan tadi, saya ragu-ragu terus untuk lewat jalur itu. Sampai saya berhenti dulu mikir-mikir... Akhirnya saya ikuti aja dorongan batin, ambil jalan berputar... Eh, belakangan, saya dengar berita di radio, di jalan itu ada bencana longsor yang banyak makan korban... Alhamdulillah..."


Ada saat, kita tidak lagi menjadi orang yang berjalan... tetapi diperjalankan... Tidak lagi menjadi orang yang bekerja... tetapi dipekerjakan...

Mereka itulah orang-orang yang terhidayahi  أُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

Friday, December 19, 2014

DOA TUJUH

DOA TUJUH


إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ
Ilâhî Anta maqshûdî
Tuhanku, Engkaulah yang kumaksud..


وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ

Wa ridhâka mathlûbî
Dan ridhaMU yang kucari...


أَعْطِنِيْ مَحَبَّـتَكَ وَ مَعْرِفَتَكَ

A`thinî mahabbataka wa ma`rifataka
Limpahkan daku cintaMU dan makrifahMU

1.
اَللَّـهُمَّ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
Allahumma yâ qâdhiyal hâjât
Wahai Allah, Pemenuh segala hajat...

Ya, Allah... sebagai hambaMu yang lemah tiada daya,
kami memiliki banyak hajat dan keperluan... 
penuhilah hajat-hajat dunia kami,
juga hajat-hajat akhirat kami…


2.
اَللَّـهُمَّ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ
Allahumma yâ kâfiyal muhimmât
Wahai Allah, Pencukup segala kepentingan…

Cukupkanlah kepentingan hidup rumah tangga kami…
Cukupkanlah kepentingan pendidikan anak-anak kami…
Cukupkanlah kepentingan pekerjaan, karir, usaha, dan profesi kami…
Cukupkanlah kepentingan ibadah kami…
Cukupkanlah bekal kami...untuk berhaji,
sebelum berjumpa mati...

3.
اللَّـهُمَّ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ
Allahumma yâ dâfi‘al baliyyât
Wahai Allah, Penolak segala bala’...
Penepis segala bencana…


Jauhkanlah kami, dari berbagai bala’ dan bencana…
- baik bencana natural (alam), maupun bencana moral…
- baik bencana finansial (keuangan), terlebih lagi bencana spiritual (keimanan)…
Jauhkan kami, dari bencana rumah tangga, ya Allah…

4.
اللَّـهُمَّ يَا رَافِعَ الدَّرَجَاتِ
Allahumma yâ râfi‘ad darajât
Wahai Allah, Pengangkat derajat…
Peninggi martabat…


Angkatlah derajat dan martabat kami…
Muliakanlah kami, beserta semua anak, cucu, dan keturunan kami...
Muliakanlah umat Muhammad ini di hadapan umat-umatMu yang lain…
Jangan Engkau perhinakan kami, hanya karena...
adanya dosa dan maksiat yang telanjur kami buat…

Tutuplah segala cacat, aib, cela, dan kekurangan-kekurangan kami…

5.
اللَّـهُمَّ يَا شَافِيَ الْأَمْرَاضِ
Allahumma yâ syâfiyal amrâdl
Wahai Allah, Penyembuh dari segala penyakit…

Sembuhkan, dan jauhkan kami, dari penyakit-penyakit jismani…
juga penyakit-penyakit ruhani…
Jauhkanlah kami, ya Allah, dari penyakit malas, pelit, dan munafik…

6.
اللَّـهُمَّ يَا مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ
Allahumma yâ mujîbad da‘awât
Wahai Allah, Penjawab segala doa…
Pengabul segala permohonan



Dengar dan perkenankanlah permintaan-permintaan kami…
Sampaikanlah kami...pada maksud-maksud dan tujuan-tujuan...
Sampaikanlah anak-cucu dan keturunan kami...
pada cita-cita dan harapan-harapan…


7.
اللَّـهُمَّ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allahumma yâa arhamar râhimîn
Wahai Allah, Maha Penyayang di antara para penyayang

Sayangilah kami ya Allah…
Jadikanlah kami orang-orang yang Engkau cintai,
sekaligus orang-orang yang mampu untuk saling mencintai…

Sayangilah kami ya Allah…
Yang dengan kasih sayangMu...
Engkau maafkan semua dosa dan kesalahan kami...

Ya, Allah... sebagaimana Engkau selalu memaafkan dan mengampuni kami, jadikan pula kami orang-orang yang mudah memaafkan
dan mengampuni orang lain…

Angkatlah segala iri dan dengki, marah dan benci, dari hatinurani kami...
Jauhkanlah segala dendam dari diri kami.





Download, atau copy paste aja, simpan di handphone:








Tuesday, December 16, 2014

Via Purgativa


Via Purgativa


1         خَلَصَ = murni, bersih dari campuran, pure

Dalam aqidah, keimanan yang bersih dan murni, terbebas dari campuran doktrin-doktrin sesat yang tidak masuk akal sekaligus bertentangan dengan ajaran Islam. Keimanan yang berbasis prinsip tawhid, hanya Allah saja yang diyakini sebagai Tuhan dan Penguasa alam semesta, tidak ada pihak lain yang sejajar dengan Dia. Hanya Dia yang Maha Ada (the Supreme Being, the real and only existent) sekaligus Maha Mengadakan, Maha Hidup sekaligus Maha Menghidupkan (omnipotent), Maha Cerdas sekaligus Maha Mencerdaskan, Maha Berkehendak (glorious) sekaligus Maha Menghendakkan, Maha Kuasa (tremendous) sekaligus Maha Menguasakan. Dia adalah Pribadi (individu, personal) yang Maha Dekat (omnipresent, hadir di segala tempat, waktu, dan peristiwa), Maha Mengetahui dan Maha Berbicara (berdialog dan merespon panggilan serta permohonan). Tapi Dia serba Tak Terjangkau oleh fikiran, penglihatan dan jamahan manusia (mysterious), meskipun selalu membuat orang kagum dan penasaran (fascinant).


2         أَخْلَصَ = memurnikan

Bagaimana cara memurnikan iman yang tawhidi? Ucapkan dan camkan makna Lā ilāha illā Allāh. Dengan Lā ilāha kita menafikan, meniadakan, menyangkal, atau menegasikan keberadaan ilāh lain selain Allah. Dengan itu kita memurnikan keyakinan tawhid kita, peng-esa-an yang murni, karena bagi kita Allah adalah tunggal, bukan sekadar satu yang berbilang (sehingga ada duanya, tiganya…) atau satu yang bersusun (sehingga ada setengahnya, seperempatnya…). Dia esa, tunggal yang tiada yang menyamai, meyerupai, atau menyetarai.


3         إِخْلَاصٌ = pemurnian

Ikhlāsh adalah verbal noun dari akhlasha¸ nama atas perbuatan orang-orang yang sedang memurnikan imannya. Maka kalimat Lā ilāha illā Allāh disebut juga kalimatul ikhlāsh (kalimat pemurnian). Kalimat ini adalah mantera paling sakti, yang dengan itu orang masuk dalam penyerahan diri yang total kepada Allah, dan kalau sudah berserah diri kepada Dia yang Maha Kuasa maka tiada apapun dapat mengalahkan orang itu, tidak juga kehendak atau hawa nafsunya.


4         مُخْلِصٌ = orang yg memurnikan

Mukhlish adalah kata sebagai pelaku  (the doer) dari akhlasha. Mukhlish adalah orang yang sedang melakukan proses pemurnian. Orang yang banyak berdzikir Lā ilāha illā Allāh adalah orang yang mukhlish, orang yang sedang sibuk memurnikan imannya, membersihkan imannya dari cemaran-cemaran yang lain.


5         مُخْلَضٌ = orang yg termurnikan

Setelah aktif dan intensif melakukan pemurnian, pada titik tertentu orang yang mukhlish (me-murni-kan) akan menjadi mukhlash (ter-murni-kan). Pada titik itulah ia tak lagi dapat diganggu oleh iblis sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an ketika setan yang sudah dilaknat dan diusir berkata: إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ    (kecuali hamba-hambaMu, di antara mereka, yang mukhlas, QS Shad/38:83). 

Iblis tak dapat dikalahkan oleh manusia dengan kekuatan fisik dan intelektualnya. Karena itu tak ada perintah dalam al-Qur’an bagi manusia untuk menaklukkan iblis. Yang Allah perintahkan adalah, di saat iblis yang menjadi setan itu sedang melancarkan serangan, supaya manusia “berlindung” kepada Allah. Bahkan dalam sebuah hadits qudsi Allah mengatakan "Lā ilāha illā Allāh bentengKu, dan orang yang mengucapkannya bagaikan masuk ke dalam bentengKu".

Ingatkah sahabat, ketika data yang kita kirim dari komputer ke printer ternyata gagal dicetak dan printernya pun macet? Data itu tak cukup kita hapus (delete). Data harus dikikis bersih dulu supaya printer dapat berfungsi kembali. Mengikis bersih (memurnikan) dalam bahasa Inggris adalah to purge, dan proses pembersihan, atau pemurnian, dalam bahasa Latin disebut purgativa. 


Via Purgativa 

Ia adalah metode, atau cara, memurnikan aqidah, membersihkan diri, yang dalam bahasa Arab disebut tashawwuf  atau tharīqah. Di dunia tasawuf dikenal tiga tingkatan keruhanian seseorang:
  1. Takhalliy (via purgativa) yaitu pembersihan diri.
  2. Tahalliy (via illuminativa) yaitu ruh yang tercahayai oleh cahaya Ilahi.
  3. Tajalliy (via unitiva) yaitu saat diri kita sudah terdekatkan (taqarrub) bahkan mengalami ketersambungan (ittishāl) dengan Allah SWT, yang saat itu Allah katakan dalam hadits qudsi “Akulah yang menjadi pendengarannya… Akulah yang akan menjadi penglihatannya… Akulah yang akan menjadi kedua tangannya… Akulah yang akan menjadi kedua kakinya…”
Mari kita mulai dengan Via Purgativa, pembersihan diri dengan banyak berdzikir Lā ilāha illā Allāh, untuk memurnikan iman tawhid kita.



Monday, December 8, 2014

Niat



Niat




(ابن ماجة) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِي: الْخَطَأَ وَ النِّسْيَانَ وَ مَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ


Sesungguhnya Allah akan mengabaikan dari umatku: 
  1. kekeliruan
  2. keterlupaan
  3. keterpaksaan.

Kekeliruan terjadi karena tidak tahu
Keterlupaan terjadi karena tidak sadar
Keterpaksaan terjadi karena tidak rela.

Berarti, perbuatan yang tidak diabaikan, yang membawa konsekuensi pahala dan dosa, adalah perbuatan yang dilakukan:
- dengan pengetahuan,
- dalam keadaan sadar, dan
- secara suka rela

Pengetahuan, kesadaran, dan kerelaan adalah tiga komponen niat. Seseorang yang melakukan suatu perbuatan dalam keadaan tidak tahu (keliru), atau tidak sadar (lupa), atau tidak rela (terpaksa) berarti ia tidak berniat melakukannya. Maka perbuatannya itu menjadi tidak bernilai, tidak membawa konsekuensi hukum. Kalau pun perbuatan itu baik, tidak mendatangkan pahala; kalau perbuatan itu salah atau jahat, tidak pula menimbulkan dosa.

Oleh sebab itu, supaya setiap perbuatan kita mendapatkan nilai di hadapan Allah, setiap kita akan melakukannya, harus betul-betul diperhatikan bahwa kita melakukannya dengan:
  1. Tahu betul apa yang akan kita lakukan: dasar/alasannya, caranya, tujuan/manfaatnya, alat, tempat, serta akibat yang ditimbulkannya..
  2. Sadar betul dalam melakukannya: tidak asal ikut-ikutan, terbawa gejolak emosi/tertidur, atau sekadar mengikuti tradisi.
  3. Rela betul dalam memulainya: tidak karena takut/terancam, dalam keadaan dapat bebas memilih.


Pentingnya Pengetahuan


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌإِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu ikuti apa yang tidak kamu miliki pengetahuannya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
(QS al-Isra/17:36)

Pentingnya Kesadaran

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat jika kamu dalam keadaan mabuk, hingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan…
(QS an-Nisaa'/4:41)


Saat ayat al-Qur'an tentang kewajiban shalat sudah turun, ayat yang melarang meminum minuman keras belum turun. Maka terjadi kasus, seorang sahabat Nabi SAW melakukan shalat dalam keadaan mabuk. Maka turunlah ayat di atas, yang menerangkan bahwa shalat tidak boleh dilakukan dalam keadaan mabuk, karena mabuk membuat orang tidak tahu dan tidak sadar atas apa yang sedang diucapkannya.

Pentingnya Kerelaan

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ 
فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ

Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan apa-apa yang disembelih demi selain Allah. Namun barangsiapa yang terpaksatidak menginginkan dan tidak berlebihan, maka tiada dosa baginya… (QS al-Baqarah/2:173)